Belajar Menggunakan AI Sedari Dini; Para Seminaris Se-Regio Nusra mengikuti Zoom Meeting tentang AI

Panitia Dies Natalis Seminari Pius XII Kisol yang ke-70 menyelenggarakan diskusi mengenai AI dalam perspektif dokumen Antiqua et Nova bersama semua seminaris se-Regio Nusra, pada Kamis, 7 Agustus 2025. Antiqua et Nova merupakan dokumen yang dirumuskan oleh Paus Fransiskus bersama Kardinal Viktor Manuel Fernandez dan diterbitkan pada 28 januari 2025. Dokumen ini terdiri dari 117 paragraf yang mencoba menanggapi tantangan yang muncul dari perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Inteligent) di dalam bidang pendidikan, ekonomi, hubungan antar manusia dan perang. Diskusi tentang AI ini dibawakan secara online (zoom meeting) dan dipimpin langsung oleh P. Viktor, SDB dengan tujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam kepada para seminaris mengenai kecerdasan buatan.

            Salah satu poin penting yang didiskusikan secara serius adalah mengenai cara manusia menggunakan AI. Dalam materinya, P. Viktor, SDB menyatakan bahwa AI bisa dijadikan sebagai metode belajar baru. Namun, penting untuk menolak ketergantungan terhadap AI tersebut. Bagi beliau rasionalitas yang dimiliki manusia sebenarnya sudah cukup agar manusia dapat hidup dengan baik. P. Viktor, SDB juga menegaskan bahwa  kemampuan simpati dan empatilah yang mengungguli  Human Inteligence daripada Artifcial Inteligence. “Makhluk yang dibentuk oleh jiwa dan raga itulah yang menjadikan dia sebagai pribadi yang memiliki emosi/perasaan. Simpati dan empati menggerakan orang untuk berbela rasa, berelasi dengan orang lain. Inilah kodrat dan martabat manusia. Kita manusia diciptakan untuk saling mengasihi” tegasnya.

            P.Viktor SDB juga menyampaikan keluhan Paus Fransiskus yang tertera dalam dokumen Antiqua et Nova. “Penggunaan AI ini tidak adil sebenarnya. Kita lihat banyak AI dan perusahaan digital yang dikuasai oleh sebagian perusahaan besar dan kaya, sehingga menimbulkan ketimpangan ekonomi bahkan kesenjangan digital” jelasnya.

            Dalam proses diskusi, P. Viktor, SDB memberikan kesempatan kepada para seminaris untuk mengajukan pertanyaan. Ada begitu banyak pertanyaan yang disampaikan. Salah satunya adalah “apakah keberadaan AI akan mereduksi kemampuan berpikir manusia, misalnya melalui aplikasi ChatGpt?”. Dalam penjelasannya, Pater Viktor menegaskan bahwa yang menciptakan AI adalah manusia. Maka yang menguasai dan mengontrol AI itu seharusnya manusia. Akan tetapi ada kesenjangan yang terjadi. Siapa yang menciptakan dan melek serta siapa yang tidak melek dan kritis. Yang menciptakan dan melek AI akan melihat AI sebagai peluang untuk kemajuan. Sementara yang tidak melek dan kritis akan digeser bahkan menjadi korban. Menjadi korban karena teknologi AI bisa melahirkan mental instan dalam diri. Misalnya, tugas-tugas sekolah bukan lagi dikerjakan secara mandiri, tapi senantiasa mengharapkan AI untuk menyelesaikannya. Akibatnya daya kritis dan minat untuk belajar menjadi rendah bahkan tidak ada.

            RD. Fery Warman dalam penegasan singkatnya mengatakan bahwa kehadiran AI memiliki dampak positif dan negatif bagi manusia secara khusus bagi para calon imam. Itu semua tergantung dari bagaimana para calon imam bijak dan bajik dalam memanfaatkannya. Kehadiran AI mesti diapresiasi karena memudahkan pekerjaan, tapi di sisi lain sebagai seminaris atau calon imam, para seminaris tidak boleh terlena dengan ketergantungan yang masif. Pemanfaatan AI yang tidak bijaksana akan membuat para semianaris jadi pribadi yang tidak kritis dan bertanggung jawab. Ini adalah bagian dari ketergantungan yang massif. “AI adalah anugerah Tuhan melalui kecerdasan manusia, sehingga lihatlah itu sebagai berkat untuk keberlangsunganmu sebagai seorang calon imam ataupun pelajar. Jangan kalian menciptakan ketergantungan terhadap AI. Jika demikian, kalian akan menjadi seorang calon imam yang tidak mempunyai daya kreatif dan mandiri.”, tegasnya.

            Diskusi seputaran penggunaan AI ini berjalan dengan baik dan lancar. Para seminaris sangat bahagia karena mendapatkan materi yang berharga berkaitan dengan AI. “Selama ini saya selalu dengar istilah AI dan bahkan memanfaatkan AI itu pada aplikasi Whats App (WA) namun saya tidak tahu seperti apa AI itu sebenarnya. Melalui kegiatan ini, saya kemudian menyadari bahwa ternyata AI tidak sesederhana seperti yang saya pikirkan” kata Yoan Koarman siswa Seminari Pius XII Kisol. Dalam kata penutupnya, RD. Fery Warman menyampaikan terima kasih kepada P. Viktor, SDB yang telah membawakan materi berkaitan dengan penggunaan AI ini dalam perspektif dokumen Antiqua et Nova. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada para seminaris juga formator se-Regio Nusra yang telah berkenan mengikuti zoom meeting ini. Baginya kegiatan ini merupakan suatu kesempatan berharga bagi para seminaris untuk mendukung perjalanan panggilan mereka di tengah kemajuan teknologi. (Marco Nugu/Red)