Sanpio, Kisol- Pada Senin 11 Agustus 2025, para tenaga pendidik dari sekolah-sekolah menengah yang ada di Manggarai Timur menghadiri workshop penguatan kompetensi dan profesionalisme guru. Kegiatan tersebut dibawakan oleh Dr. Manto Tapung dan bertempat di aula Seminari Pius XII Kisol. Di bawah tema “Workshop Pembelajaran Mendalam di Abad 21 dengan Pola Growth Mindset” para guru diajak untuk mampu menciptakan pembelajaran yang interaktif dan adaptif dengan berbagai perkembangan yang ada. Tujuannya adalah untuk merangsang pikiran peserta didik agar lebih kreatif dan inovatif.
Dalam mencapai tujuan tersebut, perlu adanya evaluasi dan terobosan baru terhadap sistem pendidikan yang diterapkan. Evaluasi dan terobosan baru tersebut bertujuan untuk menciptakan iklim belajar yang mampu menempa para peserta didik untuk menjadi pribadi yang baik dan berkompeten. Perkembangan zaman yang semakin maju menuntut para peserta didik untuk memiliki kemampuan intelektual (numerik, literasi, dan sains), kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi serta kemampuan dalam literasi digital. Namun dalam realitanya hal ini amat sulit untuk digapai. Dalam konteks literasi digital, Indonesia masih berada pada tahap menengah ke bawah. Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi para guru.
Menjawabi permasalahan tersebut, Dr. Manto Tapung menawarkan beberapa solusi. Pertama, beliau mengajak para guru untuk membenah pola pikir dari para peserta didik dengan mengenal Growth Mindset. Beliau beranggapan bahwa pola pikir yang dimiliki oleh siswa mempengaruhi proses dan hasil belajar yang didapatkan. Secara sederhana, Gowth Mindset dapat diartikan sebagai pola pikir yang memandang bahwa kecerdasan dan keterampilan yang dimiliki dalam diri dapat berkembang searah dengan usaha yang dilakukan. Pola pikir ini akan membentuk para siswa menjadi pribadi yang mencintai belajar, mencari tantangan, menghargai usaha, dan tabah saat menghadapi hambatan.
“Dengan menerapkan Growth Mindset, murid akan siap menghadapi tantangan, bertahan dan terus mencoba, serta tidak takut dengan berbagai kendala yang terjadi”, tutur beliau. Dalam pandangannya, agar pola pikir tersebut dapat bertumbuh dalam diri para siswa, guru harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang membuat para siswa menganggap kesalahan sebagai pembelajaran dan tidak mudah putus asa. Misalnya, jika ada siswa yang merasa putus asa karena tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan, guru harus mampu mengajak siswa tersebut untuk tetap berusaha mengerjakannya. Pada tahap selanjutnya, guru perlu memberikan apresiasi atas usaha yang telah siswa lakukan. “Para guru harus memberikan sebuah pujian yang namanya praising ability kepada peserta didik. Contohnya, kamu berusaha dengan baik dalam memecahkan soal ini”, jelasnya. Pujian tersebut tentunya dapat menstimulus diri para peserta didik untuk terus berusaha dan pantang menyerah.
Beranjak dari hal tersebut, Dr. Manto Tapung juga menyarankan para guru untuk menyediakan materi dalam bentuk peta konsep, sehingga penjelasan yang diberikan lebih terarah dan mudah dipahami oleh peserta didik. Pada tahap ini, guru dapat menerapkan konsep pembelajaran mendalam yakni, pemanfaatan lingkungan sekolah dan sosial untuk kegiatan pembelajaran, serta pemanfaatan teknologi digital. Beliau juga menyarankan agar pembuatan peta konsep diajarkan kepada peserta didik untuk membantu mereka dalam memahami sebuah materi yang diajarkan. Pembuatan peta konsep tersebut dapat dilakukan dengan bantuan AI, sehingga dapat memberi efek lanjutan terkait literasi digital yang dimiliki oleh para siswa.
Kegiatan Workshop yang diadakan selama kurang lebih empat jam tersebut terbagi dalam dua sesi. Setelah sesi pemaparan materi, para guru diberikan kesempatan untuk membuat peta konsep dan modul ajar yang akan diberikan kepada para peserta didik. Untuk mendukung proses kerja, para guru menggunakan bantuan AI seperti Claude, Deepseek, dan Chat-GPT. Para guru yang menghadiri kegiatan tersebut amat antusias dalam membuat peta konsep dan modul ajar tersebut. “Menurut saya, materi yang dipaparkan sangat bermanfaat dan saya merasa beruntung bisa mengikuti kegiatan ini. Ada begitu banyak hal yang saya dapatkan, dan saya tak sabar untuk segera menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran nanti”, ucap Bpk. Marko, seorang guru SMAS Seminari Pius XII Kisol.
Kegiatan Workshop ini tentunya menjadi salah satu langkah awal untuk menciptakan sistem pendidikan yang baik bagi para peserta didik. Materi yang dipaparkan menjadi semacam catatan evaluatif bagi para guru untuk membenah kembali pola pembelajaran yang diterapkan. Pola pembelajaran yang baik harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhan para siswa. Dengan begitu, para siswa dapat ditempa menjadi generasi muda yang inovatif dan kreatif. (Yoga Lembunai/Red)
Berita Terkait
0 Comments