
Rabu, 17 Mei 2023 menjadi hari yang bersejarah bagi seluruh keluarga besar Seminari Menengah Pius XII Kisol. Bahwasanya Romo Dionisius Osharjo atau yang lebih akrab disapa Romo Os, yang telah bertugas selama kurang lebih dua puluh tujuh tahun di Seminari Pius XII Kisol (1996-2023) dan sejak tahun 2013 yang lalu dipilih dan ditetapkan menjadi Praeses telah mendapatkan tugas perutusan yang baru dan Romo Fransiskus Hermus Warman yang juga merupakan staf formator di Seminari Kisol (Prefek SMA) telah dipilih dan ditetapkan menjadi Praeses yang baru untuk menggantikan Romo Os. Serah terima jabatan Praeses ini dibingkai dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin langsung oleh Yang Mulia Bapak Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat dan dihadiri juga oleh para imam konselebran, para seminaris, para frater, biarawan-biarawati, para guru Seminari dan juga para undangan. Perayaan ini dilaksanakan di Kapela Agung Seminari Pius XII Kisol dan berlangsung hikmat; ditambah lagi dengan lantunan lagu-lagu indah yang dibawakan oleh kelompok koor para seminaris dari SMP.
Dalam refleksinya Romo Os sungguh menyadari dan mengalami betapa besarnya kasih dan pertolongan Allah dalam seluruh karya pelayanannya di Sanpio. Beliau juga menuturkan bahwa selama bertugas dan melayani di Sanpio, begitu banyak dukungan yang dirasakan sehingga karya perutusan yang dijalankan berjalan lancar. Lebih jauh, Romo Os juga menyadari bahwa intisari tugas pelayanannya sebagai Praeses di Seminari adalah tugas untuk memelihara atau merawat tradisi serta untuk mengikuti secara kritis arah perkembangan zaman dalam proses formasi calon imam.
Tugas formasi calon imam di Seminari ini dijalankan dalam dua tugas itu, di satu sisi berusaha tetap menjaga dan merawat tradisi Seminari yang sudah terbukti bisa menghasilkan tamatan yang hebat-hebat, dan di sisi lain selalu terbuka dan dengan sikap yang kritis mengikuti tuntutan dan perkembangan zaman.
Strategi ampuh yang ditawarkan oleh Romo Os untuk menghadapi situasi kemajuan zaman ini dalam konteks formasi calon imam adalah penghayatan hidup yang kontemplatif yang sangat dekat dan kuat dengan kasih Tuhan sendiri.

Menyadari bahwa ziarah lembaga pendidikan calon imam ini berada di tengah pusaran arus kemajuan zaman, Romo Ferry Warman selaku Praeses Seminari Pius XII Kisol yang baru mengajak dan memotivasi seluruh keluarga besar Sanpio untuk tetap gigih berjuang di bawah semangat kasih Tuhan sendiri. Romo Ferry menyadari dan percaya bahwa tugas ini merupakan suatu kepercayaan yang Tuhan berikan untuk menyalurkan kasih-Nya dan agar kasih Tuhan sungguh dirasakan dan diresapi oleh kasih Kristus maka mesti dicerahi oleh kebenaran yang berasal dari Allah sendiri. Refleksi Romo Os atas karya pelayanannya selama dua puluh tujuh tahun mengabdi dan juga ajakan Romo Praeses Kisol yang baru ini sungguh sangat sejalan dengan spirit kegembalaan Uskup Ruteng: Omnia in Caritate, lakukanlah semuanya dalam kasih. Oleh karena itu, dalam semangat kasih Tuhan, Preses baru itu berdoa dan berharap agar menjadi pribadi yang setia untuk tetap terus berbuat kebaikan sebagai buah kasih yang telah diterima dari Tuhan sendiri.
Dalam momen berahmat ini, Bapak Uskup mengajak seluruh keluarga besar Seminari Menengah Pius XII Kisol untuk berpikir tentang kemajuan masa depan lembaga pendidikan calon imam ini yang juga akan berdampak bagi kebaikan Keuskupan Ruteng ke depan, dengan bertolak dari pesan Paus Fransiskus dalam satu pertemuan dengan para imam, diakon dan seminaris beserta staf Seminari Saint Mary Clevelend, Ohio, yang menekankan pentingnya karakter-karakter berikut dalam proses formasi calon imam, yaitu: Pertama, pentingnya memiliki kemampuan untuk mendengarkan, terutama mendengarkan Tuhan. Kesadaran ini memampukan para calon imam untuk memberikan ruang bagi Tuhan agar mampu mendengarkan suara Tuhan dan kehendak-Nya demi pelayanan di masa depan. Kedua, kemampuan berjalan bersama. Karakter ini memampukan calon imam untuk menjadikan proses formasi di Seminari sebagai kesempatan memperdalam semangat persekutuan persaudaraan dengan banyak pihak, seperti dengan Uskup, para imam, para religius, dan juga dengan kaum awam. Ketiga, menjadi saksi. Karakter ini mengantar para calon imam untuk menjadi tanda-tanda Gereja yang maju, menjadi saksi dan berbagi kasih Yesus yang penuh belas kasih dengan semua orang, terutama mereka yang miskin dan membutuhkan.
Disadur dari: Keuskupan Ruteng
0 Comments